Kala "Matador" Tak Segarang Dulu

Spanyol datang ke Piala Eropa 2012 menyandang status sebagai juara bertahan dan juara dunia dua tahun lalu. Dengan segudang pemain kelas wahid, mereka diunggulkan mempertahankan predikat itu.

Namun, kehilangan Carles Puyol dan David Villa pada detik-detik terakhir membuat penampilan ”Matador” tak segarang dulu. Gelagat itu tampak saat Xavi Hernandez dan kawan-kawan hanya mampu menang 1-0 atas peringkat ke-66 dunia, China, dalam uji coba jelang Piala Eropa di Sevilla, Spanyol.

Mereka kesulitan membongkar pertahanan China yang menumpuk pemainnya di belakang. Fernando Torres, yang menjalani musim tak mengesankan bersama Chelsea, gagal menggantikan peran Villa.

Sebaliknya, China sempat beberapa kali mengancam akibat longgarnya lini belakang Spanyol yang kehilangan determinasi Puyol. Performa duet Gerard Pique dan Sergio Ramos tak sesolid jika kapten Barcelona itu tampil.

Kekhawatiran itu tampak nyata saat Spanyol menghadapi Italia dalam laga pembuka Grup C. Pelatih Vicente del Bosque sampai tak berani memasang striker murni karena tak yakin dengan performa Torres yang angin-anginan.

Meski sanggup tampil menghibur dengan gaya tiki-taka, Spanyol tertinggal lebih dahulu dari ”Gli Azzurri”. Striker Antonio Di Natale mengecoh kiper Iker Casillas setelah memanfaatkan umpan terobosan Andrea Pirlo pada menit ke-61. Di Natale dengan cerdik melepaskan diri dari kawalan Pique dan Ramos yang justru fokus pada pergerakan bola.

Tim Matador dapat menyamakan kedudukan lewat gelandang Cesc Fabregas, yang dipasang sebagai penyerang, tiga menit kemudian. Gol itu tercipta berkat kerja sama apik Xavi, Andres Iniesta, dan David Silva.

Setelah dikritik akibat bermain tanpa striker, Del Bosque menurunkan Torres sejak awal ketika melawan Irlandia pada laga kedua. Spanyol pun bangkit dengan melumat Irlandia empat gol tanpa balas. Torres mencetak dua gol, disusul Silva dan Fabregas.

Namun, kemenangan telak itu tak diikuti dengan konsistensi. Dalam laga terakhir grup melawan Kroasia, Spanyol menang 1-0 dengan susah payah. Matador baru dapat mencetak gol dua menit menjelang laga usai lewat sontekan gelandang Jesus Navas. Pemain Sevilla itu masuk pada menit ke-61 menggantikan Torres yang tampil tak impresif.

Meskipun tampil sebagai juara grup, performa Spanyol jauh menurun dibandingkan dengan ajang sebelumnya di Austria dan Swiss 2008. Kala itu, Matador menghabisi Rusia, 4-1, serta menang masing-masing 2-1 atas Swedia dan Yunani. Langkah mereka ke tangga juara pun tak terbendung setelah menundukkan Jerman, 1-0, lewat gol semata wayang Torres.

Atasi rekor impresif Perancis

Pada babak perempat final, Spanyol akan menghadapi Perancis. Secara tradisi, ”Les Bleus” memiliki rekor yang impresif atas Matador. Samir Nasri dan kawan-kawan tak pernah kalah dari Spanyol dalam turnamen resmi. Dari enam pertandingan di Piala Eropa, Spanyol hanya mampu imbang sekali dan sisanya kalah.

Namun, Spanyol tak perlu berkecil hati karena kekalahan demi kekalahan itu terjadi saat generasi emas Matador belum muncul. Pertemuan terakhir keduanya berlangsung pada babak 16 besar Piala Dunia 2006 di Jerman. Saat itu Perancis menang 3-1.

Kedua tim belum pernah lagi bertemu sejak mencuatnya tiki-taka yang dibawakan Xavi, Iniesta, Silva, Fabregas, dan Xabi Alonso.

Gaya bermain yang mengedepankan penguasaan bola dengan umpan satu-dua sentuhan itu pula yang membawa dua raksasa Spanyol, Barcelona dan Real Madrid, merajai kancah Eropa dan dunia dalam beberapa tahun terakhir.

Faktor itulah yang membuat Del Bosque tetap tenang menanggapi berbagai kritik yang menerpa timnya. ”Mungkin performa kami sedikit menurun dibandingkan dengan dua tahun lalu. Namun, perlu diingat, lini tengah kami masih dihuni gelandang kreatif dengan mental sangat matang,” ujar Del Bosque kepada Reuters.

Ya, poros Xavi-Iniesta-Silva ibarat para dirigen yang tak pernah kehabisan irama saat memimpin orkestra. Mereka tak hanya piawai mengumpan, tetapi juga mencetak gol dari lini kedua. Tempaan mental saat di kompetisi seketat La Liga, Liga Inggris, dan Liga Champions membuat mereka kerap tampil di bawah tekanan.

Menurut Iniesta, barisan gelandang Matador menjadi kunci permainan tim. ”Mungkin saja lini depan dan belakang kami agak bermasalah. Namun, pemain-pemain, seperti saya, Xavi, Fabregas, Silva, Alonso, dan Sergio Busquets, justru kian matang dan siap menjinakkan tim mana pun,” kata Iniesta, seperti dikutip AFP. 

|sumber : kompas.com|