Kalau Terbukti Skor Diatur, Berani Mundur?


Sepak bola Indonesia kembali menjadi sorotan di mata dunia. Setelah kisruh dualisme yang bolak-balik melibatkan AFC dan FIFA, kini kita harus kembali berurusan dengan dua federasi sepak bola Asia dan dunia tersebut. Bedanya kali ini, bukan kita yang mohon petunjuk kepada mereka. FIFA dan AFC akan mengusut PSSI dalam kasus dugaan adanya pengaturan skor dalam kekalahan Timnas kita atas Bahrain dengan skor 10-0 lalu.

Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin (c) Fajar Rahman/Bola.net

Skor sebesar itu memang membuat pertandingan ini layak dicurigai, karena faktanya Indonesia sudah tak mungkin lolos sedangkan Bahrain butuh kemenangan 9-0 untuk lolos ke babak selanjutnya dari Kualifikasi Pra Piala Dunia Zona Asia, jika Qatar kalah dari Iran.

FIFA sendiri menilai hasil ini adalah 'unusual', bukan sebuah hal yang biasa, janggal dan pantas untuk diusut. "Melihat hasil yang janggal dengan keterkaitan peluang danhead-to-head, serta demi menjaga kepercayaan yang tegas dalam permainan kami, FIFA Security akan memeriksa secara berurutan pertandingan ini dan hasilnya," tegas pernyataan FIFA.

AFC melalui Sekretaris Jendral mereka, Dato' Alex Soosay memang sedikit membela kita dan Bahrain dengan menyatakan kalau pertandingan ini bersih. Tapi tunggu dulu, bersih bagi AFC belum tentu bersih bagi FIFA. Apalagi AFC dan FIFA agak renggang setelah Presiden AFC sebelumnya, Mohamed Bin Hammam, yang menjadi satu-satunya saingan Sepp Blater dalam perebutan kursi presiden federasi sepak bola dunia itu tersisih karena kasus yang hampir sama dengan dugaan kasus kita. Suap!

Suap atau kolusi memang tak pernah lepas dari nama Indonesia. Beberapa kali kita harus ketiban sampur dan mendapat piala bergilir Negara Terkorup Sedunia. Dengan alasan itu FIFA memang akan langsung melirik kita terlebih dahulu daripada Bahrain. Apalagi beberapa rentetan kasus sepak bola negeri ini mulai pergantian Nurdin Halid hingga dualisme liga sekarang ini diyakini sudah mulai membuat FIFA jengah.

Kasus suap di sepak bola juga sering kali mencoreng muka Indonesia di dunia lapangan hijau. Mungkin masih hangat di benak kita dugaan adanya suap di final pertama Piala AFF 2010 lalu. Saat itu, PSSI yang masih berada di bawah kepemimpinan Nurdi Halid dicurigai sengaja mengalah dengan alasan judi bola. Kekalahan telak 3-0 yang membuat kita kesulitan membalasnya di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Namun, kasus itu menguap dan tak pernah diusut setelahBambang Pamungkas menyatakan dalam website pribadinya membantah tudingan itu.

Kasus pengaturan skor yang paling mencoreng dan menjadi sejarah kelam sepak bola Indonesia adalah Sepak Bola Gajah melawan Thailand di penyisihan Piala Tiger 1998. Kedua tim sama-sama tak ingin menang pada pertandingan terakhir babak penyisihan Grup A. Sebab, yang menang bakal menjadi juara grup dan akan menghadapi tuan rumah sekaligus favorit juara Vietnam di semi-final.

Nurani dan sportifitas mulai luntur di babak kedua. Majunya kiper Kurnia Sandy dalam keadaan open play untuk melepaskan tendangan keras dari luar kotak penalti juga menjadi dasar ketidakseriusan laga ini. Indonesia yang memakai jersey sama dengan lawan Bahrain, putih, sebenarnya sempat memimpin dua kali melalui golMiro Baldo Bento dan pelatih Timnas saat ini, Aji Santoso. Tapi selalu bisa 'disamakan' Thailand yang juga sama dengan jersey Bahrain, merah.

Puncaknya, pada menit ke-90 Mursyid Effendi melesakkan bola ke dalam gawang sendiri! Thailand menang 3-2 dan berhadapan dengan Vietnam di semi-final. Sedangkan kita yang bertemu Singapura malah kena karma dan kalah 1-2.

Berikut adalah cuplikan rekaman sejarah memalukan sepak bola bangsa ini.


(Tidak Ditampilkan)

Kedua tim kemudian masing-masing didenda 40 ribu dolar Amerika oleh FIFA. Sementara Mursyid Effendi kemudian mendapatkan sanksi larangan bermain setahun di liga domestik dan dilarang membela Timnas seumur hidup. Mursyid mengaku hanya jadi korban, tapi oleh siapa ia tetap bungkam hingga sekarang.

Namun yang berkesan adalah ketika Azwar Anas, Ketua Umum PSSI kala itu menyambut sendiri kepulangan Timnas di bandara. Dengan berlinang air mata dan sikap satria, beliau menyatakan pengunduran diri karena insiden memalukan itu.

Pertanyaannya sekarang adalah, kalau hasil investigasi FIFA nantinya memang terbukti adanya pengaturan skor, yang kami harapkan tidak terjadi, akankah Djohar Arifin menyusul langkah satria Azwar Anas dengan menyatakan mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI?

Untuk hal itu biarlah beliau yang akan menjawab sendiri. Lalu untuk kita sebagai pendukung Timnas Indonesia bagaimana? Jika terbukti adanya suap di laga melawan Bahrain lalu, masihkah kita bersedia berbondong-bondong dan mengenakan atribut merah putih untuk meneriakkan IN-DO-NE-SIA di Stadion Utama Gelora Bung Karno saat Timnas main?


Bola.net