Seperti Apa Sengitnya "Clasico"? Istilah-Istilah Ini Gambarannya...


Dua klub raksasa Spanyol, yang juga dua tim di jajaran klub terkaya di dunia, Real Madrid dan Barcelona, bakal berduel di kancah Liga Spanyol, Sabtu (21/4/2012) besok atau Minggu dini hari WIB. "Clasico", demikian julukan pertarungan dua klub rival bebuyutan itu. Laga Barcelona dan Real Madrid digelar di Stadion Nou Camp, Barcelona.

Duel itu, seperti biasa dan yang sudah-sudah, diperlakukan bakal berlangsung seru dan sengit. Kedua tim hanya terpaut empat poin di klasemen. Madrid saat ini memimpin, dan masih ada lima laga. Terkait laga tersebut, ada beberapa istilah, ungkapan, dan frase terkenal di Spanyol yang menggambarkan betapa sengitnya permusuhan Real Madrid dan Barcelona.
Berikut beberapa istilah dan ungkapan yang dimaksud:

"Cules" dan "Merengues"


Barcelona dan para suporternya terkenal dengan istilah "Cules", yang dalam bahasa Catalan berarti "pantat". Sebutan ini muncul setelah pada salah satu stadion yang digunakan Barcelona di Calle Industria, suporter mereka menonton laga sambil duduk di bagian luar tembok stadion.
Semua orang yang melintas di sekitar stadion itu dapat melihat deretan bagian belakang tubuh supporter. Sejak itulah, julukan tersebut muncul. "Merengues" adalah julukan untuk Real Madrid, terkait seragam (kaus, celana, dan kaus kaki) klub ibu kota tersebut yang mencolok dengan warna putih-putih. Warna yang menyerupai puding terkenal, yang terbuat dari putih telur dan gula. "Canguelo" Istilah ini dipopulerkan media-media olahraga di Madrid.

Dulu mereka menuduh Barcelona sebagai korban "Canguelo", yang secara harafiah berarti "mayat yang ketakutan" mengingat Madrid membuntuti mereka untuk mencuri gelar juara. Tahun 2007, Madrid di bawah polesan Fabio Capello melewati Barcelona di bawah asuhan Frank Rijkaard dan mencuri gelar juara pada laga terakhir musim itu. Situasi yang memantik tuduhan Barcelona saat itu sedang tertekan.

Sekalipun Madrid kembali juara pada 2008, sejak itu mereka dikandaskan pasukan Pep Guardiola, tetapi selalu tampil dalam laga-laga melawan Barcelona dengan semangat pantang menyerah untuk menggoyang rival mereka. Kali ini, mengingat Madrid memimpin klasemen sementara, media-media di Barcelona mengadopsi istilah "Canguelo" setelah skuad Guardiola memanen 11 kemenangan beruntun dan Madrid bermain seri lawan Malaga.
Dengan hasil juga imbang lawan Madrid, Villarreal dan Valencia mengurangi keunggulan enam poin Madrid atas Barcelona.

"La Manita"


Ketika Barcelona menghancurkan Madrid 5-0 di La Liga musim lalu, para pemain dan suporter Barcelona melambaikan tangan dengan menonjolkan lima jari. Ini bagian dari selebrasi untuk merayakan kemenangan telak dengan lima gol. "La Manita" atau "tangan kecil", demikian istilahnya.
Hasil skor itu, dan kemenangan 6-2 yang dipetik Barcelona di Santiago Bernabeu tahun 2009, merupakan dua di antara kekalahan-kekalahan paling memalukan yang diderita Madrid akhir-akhir ini. Pada pertengahan 1990-an, Pelatih Johan Cruyff juga mengantarkan Barcelona menggelontor Madrid dengan skor 5-0 di Nou Camp, yang tiga gol di antaranya diborong striker Brasil Romario.
Kekalahan menyakitkan itu dibalas Madrid musim berikutnya melalui kemenangan dengan skor serupa, 5-0, di Bernabeu, di mana Ivan Zamorano mencetak hat-trick. Laga Sabtu besok penting untuk menentukan skor head-to-head di antara Madrid dan Barcelona andaikata mereka mengakhiri musim ini dengan nilai sama.

"Villarato"


Selama bertahun-tahun, di Spanyol berkembang teori konspirasi yang mencuatkan adanya kecederungan bias dalam kepemimpinan wasit yang menguntungkan (favouritism) salah satu dari Madrid atau Barcelona. Tudingan adanya favouritism itu diarahkan pada Madrid dan dilakukan wasit-wasit saat diktator Francisco Franco berkuasa. Namun, belakangan ini tuduhan tersebut bergeser ke arah Barcelona yang dianggap kerap mendapat bantuan wasit.

Dalam pemilihan Ketua Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF), Barcelona mendukung Angel Maria Villar yang terpilih kembali, sementara Madrid mendukung kandidat pesaing Villar. Teori konspirasi itu memunculkan kembali istilah "Villarato", yang selalu dilontarkan suporter Madrid saat beranggapan bahwa Barcelona memperoleh perlakukan khusus.

Pelatih Madrid saat ini, Jose Mourinho, memanaskan situasi dengan mengangkat kampanye serupa soal favouritism Barcelona.

"El dedo de 'Mou'"
Di akhir laga Piala Super Spanyol, Agustus lalu, meletus keributan di pinggir lapangan menyusul pelanggaran keras bek Marcelo (Madrid) pada Cesc Fabregas (Barcelona). Di tengah situasi ricuh itu, Mourinho membuntuti Tito Vilanova dan mencakarkan jari ke wajah asisten Guardiola itu. Vilanova membalas dengan mencengkeram bagian belakang kepala Mourinho.

Wasit tidak melihat insiden "el dedo de Mou" (jari tangan Mourinho), yang tertangkap dengan jelas kamera televisi. Dua bulan kemudian, RFEF menghukum Mourinho dengan skors dua laga yang hanya akan diterapkan di ajang Piala Super Spanyol --laga tahunan yang mempertemukan juara liga dan juara Piala Raja-- dan Vilanova diskors satu laga. Para pemain Barcelona menuduh Mourinho telah merusak sepak bola Spanyol. Belakangan Mourinho menyampaikan permintaan maaf, tetapi hanya untuk suporter Madrid.

Presiden Real Madrid Florentino Perez membela Mourinho, sedangkan mantan Pelatih Barcelona Johan Cruyff menyebut sikap Mourinho itu sebagai "tindakan arogan dan bentuk ketidakberdayaan".


"Mes que un club"

Ini slogan klub Barcelona. Artinya, "lebih dari sekadar sebuah klub".
Istilah ini pula yang menjelaskan, mengapa "Clasico" juga lebih dari sekadar laga sepak bola. Klub Barcelona dipandang sebagai simbol nasionalisme Catalan dan perjuangan kawasan itu untuk mendapat pengakuan dari kekuatan pemerintah Spanyol di Madrid, yang dipersepsikan melekat pada Real Madrid.

Suporter Barcelona melambaikan bendera Catalan warna kuning dengan garis-garis merah dan membentangkan banner di Nou Camp bertuliskan "Catalonia itu bukan Spanyol". Banyak dari mereka mencemooh dengan siulan saat laga kebangsaan Spanyol berkumandang sebelum laga final Piala Raja di Mestalla, tahun lalu.

Suporter Madrid membalas hal itu dengan melambaikan bendera Spanyol dan menyanyikan lagu "Viva Espana" (Berjayalah Spanyol). Setelah laga, bek Real Madrid Alvaro Arbeloa menulis pesan bertuliskan "Viva Espana" melalui akun twitter-nya, yang belakangan menjadi perdebatan luas di kalangan suporter.
Sumber