Anak Sopir Bus Jadi Top Scorer LPI

boladia  - Lincah, cerdas, dan memiliki naluri tajam merobek gawang lawan, Ferdinand Alfred Sinaga tampil sebagai top scorer atau pencetak gol terbanyak kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI) 2012. Pemain klub sepak bola Semen Padang ini mencetak 16 gol pada musim kompetisi lalu.

“Mencetak gol di setiap pertandingan merupakan prestasi bagi pemain dan tim. Tanpa kerja sama tim, tak mungkin saya bisa mencetak gol,” ujar pemain sayap kiri tim kebanggaan urang awak itu, Senin lalu, di mes Semen Padang, Karang Putih Indarung, Padang.

Ferdinand mengaku menjadi top scorer bukan karena upayanya sendiri, melainkan berkat kerja sama tim. “Saya mencoba tampil sebaik mungkin pada setiap pertandingan,” tutur pemain yang memiliki tinggi badan 1,7 meter itu.

Penyerang kelahiran Bengkulu, 18 September 1988, ini juga mengaku tidak ditargetkan oleh klub untuk menjadi top scorer. Bahkan, pada awal musim kompetisi lalu, dia hanya mencetak lima gol. Namun, pada paruh kedua, setiap bertanding, dia selalu membobol gawang lawan.

Dengan gol-golnya itulah, Ferdinand sukses mengantar Semen Padang menjuarai Liga Primer Indonesia 2012. Klub asal ranah Minang ini memastikan menjuarai LPI setelah menundukkan Persiraja Banda Aceh 3-1. Dari tiga gol tersebut, salah satunya disumbangkan oleh Ferdinand.

Kesuksesan Ferdinand menjadi pemain sepak bola tidak datang begitu saja dari langit. Semua itu berkat perjuangan panjang, terjal, dan berliku. Sejak kecil, dia memang senang bermain sepak bola. “Waktu itu saya belum berpikir untuk menjadi pemain sepak bola. Bermain hanya sebatas hobi,” ujarnya.

Setelah pindah ke Lampung, anak pasangan Simson Sinaga dan Risnalu Turnip ini diboyong ke Bandung pada 1998. “Ayah saya sopir bus dengan rute Jawa-Sumatera, karena itu kami sering pindah-pindah,” tuturnya.

Saat kelas IX di SMP Taman Siswa, Bandung, Ferdinand diajak temannya masuk Sekolah Sepak Bola Saswco Bandung. “Sejak itulah saya ingin sekali menjadi pemain sepak bola,” ujarnya.

Pada 2003 Ferdinand direkrut masuk tim Persib Bandung usia di bawah 15 tahun. Tiga tahun kemudian ia masuk skuad Persib U-23.

Dalam perjalanan kariernya, Ferdinand pernah membela Persibat Batang (2007), Persikab Bandung (2008/setengah musim), Pelita Jaya U-21 (2008/setengah musim), PPSM Magelang (2009-2010), dan Persiwa Wamena (2010-2011). Penampilan memukau Ferdinand di sektor sayap kiri menarik perhatian para pengasuh tim nasional Indonesia. Dia pun diminta untuk memperkuat timnas di SEA Games dan Pra-Piala Dunia.

Pada musim kompetisi 2011/2012, suami Anghie Veronicca, 26 tahun, ini berlabuh di Semen Padang. Sejak bergabung di Semen Padang, ayah Fabio Devrant Sinaga, 8 bulan, ini merasakan hubungan kekeluargaan yang erat antara pemain dan manajemen. Begitu pula manajemen dengan keluarga pemain. Ia mencontohkan kegiatan arisan para istri pemain dengan manajemen untuk membina silaturahmi. Walhasil keluarga pemain pun merasa menjadi bagian dari tim Semen Padang. “Jarang ada tim seperti itu. Karenanya, saya betah di sini,” ujar pemain bernomor punggung 17 ini.

Di Semen Padang, Ferdinand bersyukur mendapat pelatih Nil Maizar dan Suhatman Imam. “Keduanya bukan melulu membina teknik, tapi juga mental dan kepribadian kami,” katanya.

Ferdinand mencontohkan, para pemain dianjurkan untuk menyisihkan sebagian penghasilan mereka untuk menyantuni anak yatim. “Mungkin berkat doa anak-anak yatim itulah kami menjadi juara.”

Walaupun telah sukses sebagai pemain, Ferdinand tak dapat melupakan perjuangan kedua orang tuanya. “Saya berhasil karena doa orang tua,” katanya, lirih. Karena itu, sebagian penghasilannya dia gunakan untuk membeli toko buat sang ayah. “Saya ingin ayah berhenti jadi sopir, karena sudah tua.”-
sumber artike
             @Boladia di Twitter dan Like Boladia di Facebook dan Ikuti Jadwal bola update